Selasa, 27 September 2011

Kuningan Umat Hindu Dusun Kalibago

Kode File : 004/ Agm/ Reni , Rini dan Sodiqin
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 16 Juli 2011
Topik : Wawancara seputar Kuningan (umat Hindu)
Informan : Pak Suyahman (Parisade sekaligus Kasun Kalibago)
Lokasi Wawancara : Pura Argha Tirtha



Pada tanggal 16 Juli 2011 ba’da magrib sekitar pukul 18.30 kawan-kawan KKN mendapatkan sebuah kehormatan besar untuk menghadiri sebuah acara yang di adakan oleh umat Hindu yang diselengggarakan sekitar 210 hari sekali. Momen ini juga penting untuk penelitian kawan-kawan KKN STAIN Kediri mengapa di daerah Kalibago begitu damai meski dihuni tiga keyakinan yang berbeda namun kedamaian ketika memasuki dusun ini begitu terasa. Malam itu kami (Kholed, Rini, Arifin, Reni, Sodiqin) berangkat sekitar pukul 18.30 setelah sholat berjama’ah dan makan malam selesai. Jalan yang kami lalui berupa makadam yang menanjak semakain ke atas sebab kami tinggal di daerah pegunungan. Pura umat Hindu terletak di atas pemukiman warga desa Kalibago. Sebelum kami sampai ke tujuan, kami menunggu Pak Kepala Dusun Kalibago yaitu Pak Suyahman yang selain pemuka agama Hindu beliau juga bersedia menjadi pemandu kami.
Dalam perjalan Pak Suyaman menjelaskan beberapa hal dalam tradisi kuningan antara lain: Kuningan biasa diadakan 210 hari sekali. Mereka, umat Hindu memiliki perhitungan yang lebih luas 1-10 yang antara lain dino limo dan dino pitu yaitu perhitungan pendak limo atau lima dimulai dari legi, pahing, pon, wage, kliwon dan dino pitu atau tujuh adalah Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Pak Suyaman begitu ramah dan dengan sabar menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari kami satu persatu.
Apabila beliau menjelaskan, beliau selalu menanyakan apakah kami sudah memahami ataukah belum. Agar kami tidak salah tafsir dan seterusnya. Setelah sampai di pintu gerbang depan kami duduk sebentar untuk mengambil gambar bersama-sama. Kami diberikan informasi oleh Pak Suyaman bahwa wanita yang sedang mengalami haid atau menstruasi tidak diperkenankan memasuki tiga gerbang yang merupakan tempat yang di sucikan dan merupakan tempat upacara yang utama dari beberapa dua tempat yang dibangun.
Di tempat tersebut memiliki tiga gerbang yang memiliki fungsi atau makna sendiri-sendiri. Tiga gerbang terrsebut menurut keterangan dari Pak Suyahman dinamakan dengan gerbang Koriagung atau lawang gedhe. Seseorang yang melewati dua diantara tiga gerbang yang disucikan ini seolah-olah memasuki kayangan yakni tempat suci para dewa.



Pada pintu gerbang yang utama, yang terletak ditengah-tengah merupakan gerbang terbesar diantara tiga gerbang yang ada. Di depan pintu tersebut terdapat dua raksasa yang berbentuk dua naga besar yang dinamakan Cingkorobolo dan Bolo Upoto. Mereka juga memiliki ciri khas seperti kain kotak hitam dan putih yang dinamakan Poleng. Disana juga terdapat sebuah bangunan yang dipakai sebagai balai pertemuan dan tempat para inventaris, mereka menyebutnya Sanggar.
Di dalam agama Hindu terdapat dua ajaran yang telah disampaikan oleh Pak Suyaman yakni:
  1. Patmasana atau pura yakni pusat untuk menyatukan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menstanakan atau melinggih atau tempat duduknya. Maksudnya menggambarkan Tuhan Yang Maha Esa, mempersilahkan Tuhan untuk duduk di singgasana yang telah disiapkan.
  2. Pangrurah yakni menstana para leluhur atau para dewa yang patungnya terletak disebelah kanan. Dewa bagi umat Hindu khususnya yang berada di Kalibago merupakan atau seolah-olah sama seperti malaikat yang merupakan perwujudan dari sinar sucinya Tuhan yang beraneka ragam.

Berikut adalah beberapa patung/Dewa yang berada di dalam Patmasana:
  1. Dewa Esworo (etan, putih)
  2. Dewa Brahma (selatan, merah)
  3. Dewa Mahadewa (barat, kuning)
  4. Dewa Wisnu (barat, kuning)
  5. Dewa Pancadewata (tengah, Poncowarno)
Didalam agama Hindu juga mengenal ajaran yang dinamakan dengan Ekoyekti Asmo Yutan bahwa Tuhan itu SATU, namun memiliki nama jutaan. Umat Hindu menurut peangakuan Pak Suyaman tidak semudah itu memasuki surga/kayangan seperti yang terdapat pada umat Islam. Pada agama Hindu setiap roh dari orang-orang yang meninggal harus melalui masa penyucian, dan bagi setiap roh akan mengalami masa penyucian selama 3, 7, 40, 100, 1000 dan pendak yang diadakan bagi setiap anggota keluarga yang masih hidup yang ingin dosa anggota keluargnya yang sudah meninggal agar diampuni dosa-dosanya oleh Sang Hyang Widi Wase roh tersebut biasa disebut Preta.
Setiap Preta akan memasuki surga yang diikuti oleh karmapalanya masing-masing yaitu amal kebaikan masing-masing individu. Nantinya setiap individu akan mengalami moksa yakni memasuki surga tempat para dewa bila amal kebaikannya melebihi kejahatannya. Bila kejahatannya lebih besar maka roh manusia tersebut tidak dapat Moksa dan karena itu dapat menyebabkan arwah/roh gentayangan.
Itu adalah sepenggal keterangan yang kami dapat selama mengikuti prosesi yang berjalan dari awal sampai akhir. Kami begitu antusias sebab agama Hindu sendiri merupakan agama budaya. Dan disini ada hal yang paling penting, walaupun agama Hindu begitu mengesankan, sebagai umat Muslim haruslah berpegang teguh pada keyakinannya seperti dalil yang mengatakan: “Agamaku adalah Agamaku dan Agamamu adalah Agamamu”. Tetapi memang untuk masyarakat yang terdapat disini masih perlu adanya pemahaman khususnya bagi muslim sebab di Kalibago sendiri masih terdapat kawin atau nikah campuran antara penduduk setempat yang berbeda agama, yang barangkali masih menjadi dakwah yang terus berkesinambungan dan berlanjut untuk seterusnya.

Arisan Pengajian Muslimatan Kalibago

Kode File : 003/ Agm/ Reni, dan Fima
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 16 Juli 2011
Topik : Wawancara Arisan Pengajian Muslimatan
Informan : Bu RT (Bu Suhartini)
Lokasi Wawancara : Rumah Bu RT

Pengurus arisan pengajian: B. Sunarti
B. Wiwin
Arisan pengajian jama’ah muslimat ini berdiri 3 tahun yang lalu, lebih tepatnya pada tahun 2008. Jama’ah ini masih baru sekali, banyak anggota ibu-ibu yang awam, dan belum mengetahui tentang hukum Islam. Ibu-ibu yang aktif dan menggebu-gebu akan hukum Islam, sangat antusias dalam menggali ilmu pengetahuan Islam. Inilah yang menuntut Bapak Jais, selaku pendiri jama’ah muslimat arisan pengajian, untuk mengumpulkan para ustadz untuk mengisi materi di setiap pertemuan pengajian. Para ustadz yang dipanggil oleh bapak Jais sebagai pemateri ceramah adalah: Bapak Ahmadi dari Sonorejo-Grogol, Bapak Idris dan Bapak Imam.
Pengajian arisan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu setiap minggunya, jadi selama satu bulan ada 4 kali pertemuan. Ibu-ibu arisan ini kurang lebih berjumlah 70 orang, namun yang mengikuti pengajian kurang lebih 50 orang. Karena ada juga yang hanya mengikuti arisannya saja, namun tidak pernah mengikuti pengajian.
Walaupun demikian dari jumlah yang ada itu sudah separo lebih para ibu-ibu sangat bersemangat dan antusias ingin mendalami agama Islam lebih sempurna. Acara pengajian biasanya diawali dengan bersalaman-salaman, bagi anggota arisan pengajian yang datang lebih lambat harus menjabat tangan ibu-ibu yang sudah datang lebih awal. Ini adalah suatu kebiasaan bagi anggota jama’ah arisan pengajian dan sekaligus resiko bagi yang datang terlambat.
Kemudian dilanjutkan pembukaan yang dibuka oleh MC atau pembawa acara, untuk saat ini yang bertugas sebagai pembawa acara adalah B. Sunarti, ini dikarenakan belum adanya jadwal siapa-siapa yang bertugas. Dilanjutkan acara inti, yaitu tahlil yang disampaikan oleh bapak-bapak pemimpin doa. Sehabis tahlil akan dilanjutkan doa bersama dan ceramah agama. Ceramah agama ini seputar tentang ibadah sehari-hari dan akhlaq. Pembahasan yang lebih lanjut dan detail belum di bahas, ini dikarenakan para jama’ah arisan pengajian ibu-ibu Muslimatan masih banyak yang awam.
Dan yang terakhir adalah arisan, yaitu arisan ibu-ibu di undid an yang keluar namanya akan menjadi tuan rumah untuk hari Sabtu depan, dan mendapatkan uang arisan.
Satu bulan sekali, yaitu tiap hari Sabtu Pahing ibu-ibu arisan pengajian mempunyai kegiatan sholat Tasbih. Sholat Tasbih dilaksanakan di Masjid Sunan Kalijaga Dusun Kalibago Desa Kalipang. Setelah sholat Tasbih dilanjutkan tahlil, sholat ‘Ashar berjama’ah dan yang terakhir kultum. Sholat Tasbih di imami oleh Bapak Idris dan kultumnya diisi oleh Bapak Imam.
Sholat Tasbih berakhir sekitar pukul 16.00 WIB. Ketika pada bulan Ramadhan pengajian arisan dilaksanakan setelah sholat tarawih setiap hari Sabtu. Pengajiannya tetap seperti biasanya Dari rumah ke rumah.

TK dan Panti Asuhan Bhakti Luhur Kalibago

Kode File : 002/ Pend/ Reni Nurhayati dan Umi Nadhiroh
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 16 Juli 2011
Topik : Wawancara tentang pendidikan TK dan Panti Asuhan
Informan : Suster Brigita dan Mbak Ludwina
Lokasi Wawancara : TK dan Panti Asuhan “Bhakti Luhur





Panti Asuhan Bhakti Luhur di Dusun Kalibago Desa Kalipang ini berdiri sejak tahun 1986. Dan diakui oleh pemerintah baru tahun 1998. Panti asuhan ini terletak di Dusun Kalibago, yang disekelilingnya adalah perbukitan dan ladang masyarakat. Penanggung jawab panti asuhan ini adalah suster Brigita N dan didampingi oleh Suster M. Magdalena M., dan dibantu oleh perawat pembantu dari Yayasan. Perawat pembantu ada 5 perawat, 1 perawat sudah angkatan dan 4 perawat lagi masih praktek. Perawat yang berada di panti asuhan adalah: Jumiati M. B., Tenvi T., Ludwina H., Cornelia A. dan Cicilia S. ditambah lagi 2 orang pegawai, yaitu My Yustiana S. dan Theresia K. yang mengajar di TK Bhakti Luhur Dusun Kalibago Desa Kalipang.
Berikut adalah jadwal kegiatan di panti asuhan Bhakti Luhur:

Hari
Waktu
Kegiatan
Senin
08.00-09.00
Ketuhanan
Selasa
16.00-17.00
Kesenian
Rabu
08.30-09.30
Berkebun
Kamis
08.30-09.30
Keterampilan
Jumat
16.00-17.00
Olahraga
Sabtu
08.00-09.00
Rekreasi
Minggu
06.00-08.00
Ibadah sabda
09.00-10.00
Minggu gembira


Pada hari Selasa para penghuni Panti mempunyai kegiatan kesenian, salah satu kegiatannya adalah membuat origami, yaitu melipat kertas mmenyerupai burung, dalam Bahasa Jepang disebut origami. Setiap anak harus bisa membuat origami yang baik dan benar, jika ada kesalahan maka para perawat akan berteriak lebih keras dan menyuruhnya mengulang membuat origami. Ini ditujukan untuk melatih kemandirian mereka.



Hari Jumat, para penghuni panti mempunyai kegiatan olahraga. Olahraga yang sering dimainkan adalah lempar tangkap bola. Olahraga ini tergolong ringan dan menyenangkan, sehingga membuat seluruh penghuni panti mampu memainkannya. Bukan hanya itu saja, olahraga ini juga diisi dengan lari-lari bagi penghuni yang tidak memakai kursi roda, bisa dikatakan yang mampu untuk berjalan.
Sungguh sangat menyentuh dan membuat hati ngilu, mereka yang diberi kekurangan sangat bersemangat menjalani hidup. Tertawa lepas dan seolah-olah hidup yang mereka jalani adalah kehidupan yang paling menyenangkan. Bukan hanya itu, banyak sekali kegiatan yang ditujukan untuk melatih kemandirian. Latihan kemandirian ini dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Walaupun kaki dan tangan mereka tidak mampu dibuat bekerja, namun tekad yang dimilikinya melebihi tekad orang-orang yang normal.
Para perawat dan suster di panti ini sangat ramah, disiplin dan sayang pada seluruh penghuni panti. Para perawat suster menyayangi anak-anak panti seakan-akan mereka adalah keluarga kandung sendiri. Inilah yang membuat keterikatan batin antar perawat dan anak panti. Semua dijalani bersama, makan, tidur, bermain, belajar dan beribadah bersama. Karena setiap hari selalu bersama-sama maka secara tidak langsung terikat hubungan kekeluargaan yang sangat erat yang tidak dimiliki oleh setiap orang yang sedang berkonflik.
Di dalam panti semua diatur secara disiplin, dan kedisiplinan diperlukan tanggung jawab, untuk itu dibuatlah kepengurusan sebagai rasa tanggung jawab terhadap panti asuhan Bhakti Luhur. Berikut adalah susunan kepengurusan di Panti Asuhan Bhakti Luhur, Dusun Kalibago, Desa Kalipang.







PENANGGUNG JAWAB
Sr. Brigita Nganus
Sr. M. Magdalena M.



PERAWAT/ PENGASUH/PEGAWAI
Theresia K.
Cornelia A.
Cicilia S.
Jumiati M.B.
Tenvi T.
Ludwina H.
M.Y. Yustiana

Para perawat di Panti Asuhan Bhakti Luhur rata-rata berasal dari luar Jawa (Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua). Mereka juga berasal dari yayasan tertentu, yang memperoleh pendidikan juga dari yayasan tersebut. Sehingga mereka mempunyai jiwa social untuk menolong sesama. Dan mengabdikan dirinya ke panti-panti seluruh yayasan, atau bisa dikatakan pulang ke masa lalu kampung halamannya ketika masih berada di yayasan.
Berikut adalah daftar nama-nama penghuni Panti Asuhan Bhakti Luhur Dusun Kalibagi Desa Kalipang Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri.
No
Nama
P/L
Tgl Lahir
Kasus/Jenis Kecacatan
Model Penanganan
Jenis Program yang Diperlukan
1
Ardi Wijaya P.
L
30/03/2005
Pos opr ctev Balai rehab Sepatu koreksi
2
Agus Riadi
L
09/08/1991
Retmen Balai rehab Orthoterapi
3
Gati Rahayu
P
23/03/1990
Cp, retmen Balai rehab Fisioterapi
4
Maria Sukarti
P
15/06/1942
Sisofren, retmen Balai rehab Okupasi
5
Nina Mardiana
P
06/09/1983
Retmen Balai rehab Okupasi
6
Maria Vicentia
P
06/06/1963
Bisu, retmen Balai rehab Okupasi
7
Pipit Krismaning
P
13/06/1984
Retmen berat Balai rehab Orthoterapi
8
Rangga N. Pratama
L
14/08/2003
Autis retmen Balai rehab Orthoterapi
9
Suyadi Kunot
L
23/01/1980
Cp, retmen Balai rehab Fisioterapi
10
Tahan Uji
L
08/07/1985
Cp, retmen Balai rehab Okupasi
11
Yunita Erlanda
P
08/07/1985
Retmen berat Balai rehab Orthoterapi
12
Yusuf Subrata
L
09/03/1998
Retmen hemiple Balai rehab Orthoterapi
13
Rudi Sanjaya
L
20/04/1994
Retmen Balai rehab Orthoterapi
14
Riski Rahmawan
L
- / - /2001
Down syndrome Balai rehab Orthoterapi
15
Rangga Dati F.
L
02/04/2001
Cp, retmen Balai rehab Fisioterapi


Mbah Putih (Kromo Tirto) Mbabad Dusun Kalibago


    


Kode File : 001/ Sil/ Reni, Anis dan Arifin
Hari/ Tanggal : Selasa/ 12 Juli 2011
Topik : Wawancara Seputar Mbah Putih (Kromo Tirto)
Informan : Ali, Ahmad dan Putra
Lokasi Wawancara : Teras posko kelompok 38

Hari itu saat menjelang maghrib saya sedang bersantai-santai di depan teras posko kelompok 38, tiba-tiba 3 anak kecil dari dusun Kalibago menyapa saya dan mengajak ngobrol tentang kedatangan tim KKN. Salah satu anak yang bernama Ahmad bercerita tentang sebuah kisah di Dusun Kalibago.
Kalibago adalah sebuah Dusun yang terdapat di Desa Kalipang Kecamatan Grogol. Banyak sekali yang mereka ceritakan tentang di Dusun Kalibago, salah satunya beberapa makam yang terletak di salah satu bukit di Dusun Kalibago. Ada sekitar 9 makam, salah satu makam yang batu nisannya terbuat dari kayu, itulah makam Kromo Tirto alias Mbah Putih, seseorang yang pertama kali membabad alas Dusun Kalibago. Dan beberapa makam lainnya adalah makam sanak famili Mbah Putih, terdapat juga makam yang tidak terlalu panjang selayaknya makam Mbah Putih yang panjangnya sekitar 2 meteran, ternyata makam tersebut adalah makam bayi, yang juga salah satu kerabat Mbah Putih yang meninggal pada masih bayi.
Perjalanan ke makam Mbah Putih hanya memerlukan waktu kurang lebih setengah jam. Berjalan kaki melewati jalan setapak, pegunungan tegal yang bertepi jurang. Tegal yang ditanami dengan pohon ketela dan pohon mangga menambah asrinya salah satu bukit Kalibago dari banyak perbukitan.
Banyak cerita dan mitos mengenai Mbah Putih, salah satunya tentang pernikahan antara Dusun Kalibago dengan Dusun Kalinanas, bila penduduk Dusun Kalibago dengan penduduk Dusun Kalinanas menikah, akan berakibat rumah tangganya akan tidak harmonis, jika tidak, biasanya salah satu anggota keluarga akan meninggal, untuk itu perlu diwanti-wanti apabila ada pernikahan 2 dusun tersebut. Masyarakat sangat percaya dengan mitos ini, namun walaupun begini keharmonisan kerukunan antara 2 dusun ini masih terjalin erat satu dengan lainnya.
Mitos ini beredar, dikarenakan dulu saat Mbah Putih masih hidup beliau berseteru dengan Mbah Abang, sehingga beliau berdua membuat janji, bahwa setiap anak turunnya maupun penduduk yang bertempat tinggal di antara 2 Dusun tersebut ada yang menikah maka tidak akan selamat dari marabahaya yang datang, baik kematian maupun kericuhan.

Catatan Reflektif
Pada saat mengobrol dengan ketiga anak Dusun Kalibago tersebut, mereka sungguh antusias dan sangat jujur sekali, mereka seperti bolang (bocah petualang), yang walaupun cerita itu sudah sangat lama, namun mereka sangat menyukai dengan hal-hal yang menantang, jadi walaupun mereka begitu sangat muda, namun pengetahuannya dengan hal-hal yang berkaitan dengan tantangan mereka tahu banyak.

Pertanyaan Lanjutan
  1. Apa penyebab perseteruan antara Mbah Putih dengan Mbah Abang?
  2. Apakah makam Mbah Putih juga terawat?
  3. Apakah banyak yang berkunjung di makam Mbah Putih?

Minggu, 18 September 2011

Kutemukan Cinta di Kalibago

ini adalah tulisan dari seorang pemuda dari seminaris garum,
yang bernama

Christophorus Ardi Nugraha

 

Pengalaman jatuh cinta adalah pengalaman yang biasa bagi remaja, bahkan bagi seminaris calon imam. Pengalaman ini pun saya rasakan saat live in di stasi Kalibago. Dan otomatis, pengalaman ini menjadi pengalaman yang paling berkesan dan paling menyentuh bagi saya.
Harapan yang tak terkabul
Sebelum live in saya sangat berharap tidak ditempatkan di rumah umat yang memiliki anak perempuan, terutama gadis yang kurang lebih seusia saya. Saya dengan senang hati dititipkan dimanapun, bahkan di rumah umat yang paling susah sekalipun, asal tidak ada gadis di situ. Karena saya sadar, di situlah letak kelemahan saya.
Hari pertama di Kalibago, saat pembagian tempat tinggal, saya agak lega saat mendengar keterangan dari ketua stasi, Pak Pon, bahwa mudika di Kalibago banyak yang bekerja di luar kota. Saya pun masih tetap semangat saat mulai diantar menuju rumah yang akan saya tinggali. Bayangan mengenai kegiatan harian petani desa – merumput di pagi hari, mencangkul di ladang hingga siang hari, memberi makan ternak, dan lain-lain – mulai muncul dalam benak saya.
Semangat saya mulai surut ketika saya mulai berbincang-bincang dengan nyonya rumah (selanjutnya akan saya panggil ibu). Dari situ saya mengetahui bahwa beliau mempunyai tiga anak dan yang masih tinggal di rumah adalah putri bungsunya. Dug! Tetapi saya cukup lega saat mengetahui bahwa sang putri masih kelas tiga SMP. Huft… Lumayan tenang, apalagi disini saya tindak tinggal sendiri. Saya tinggal bersama Risa karena keluarga yang sedianya akan menampung salah satu dari kami tidak bisa menerima. Mungkin karena masih repot. Meski demikian, saya masih tetap was-was.
Inner beauty: semakin lama semakin bersinar
Saya memulai hari pertama live in dengan membantu ibu ngrajang kunyit, karena memang hampir semua warga di situ memiliki pekerjaan sampingan ini. Pada saat inilah kami (Risa dan saya) berjumpa dengan Ningsih, nama gadis itu.
Kesan pertama, masih biasa saja. Dan memang Ningsih yang lebih aktif bertanya daripada kami.
Malam pertama live in, kami mulai kunjungan umat. Rencananya saya dan Risa akan berjalan sendiri-sendiri. Eh! Ternyata Alex dan Clinton datang. Akhirnya kami (Risa, Alex, Clinton, Ningsih, dan saya) kunjungan rame-rame. Dan memang, obrolan kami hanya obrolan ringan.
Setelah kunjungan, satu permata Ningsih mulai bersinar. Malam itu saya menemaninya belajar bahasa Inggris. Saya sangat kagum dengan kerja kerasnya dalam belajar. Semangat belajar sebesar ini sangat jarang saya temui, bahkan diantara seminaris sekalipun. Waktu saya memintanya menyalin dan menghapalkan beberapa kata berserta artinya dari kamus untuk berlatih menambah vocabulary, dia pun mengerjakannya. Sebagai seminaris, saya cukup malu karena seringkali saya tidak memiliki semangat belajar sebesar ini.
Permata kedua saya temukan saat saya istirahat siang keesokan hari. Siang itu, Ningsih membangunkan saya. Untuk apa? Membuat rosario. Saya kira itu rosario seperti yang biasa saya buat di seminari. Ternyata bukan! Apa perbedaanya? Manik-manik rosarionya terbuat dari kalender bekas.
“Aku sebisa mungkin cari bahan yang ndak perlu beli, supaya adik-adik BIAK nanti ndak kesulitan cari bahan,” kata Ningsih.
Wow! Hasilnya memang belum sempurna, belum bagus benar. Tetapi dengan ketekunan, saya yakin, hasilnya pasti akan memukau. Sungguh! Ide ini sekalipun belum pernah melintas di benak saya.
Hari ketiga, Risa “pindah rumah”. Risa akan menginap di rumah Pak Ismani karena kemarin sore beliau menawari kami untuk tinggal di rumahnya. Jadilah saya tinggal sendiri.
Sepanjang pagi, saya membantu ibu ngrajang kunyit sambil mengobrol. Dari obrolan itu, saya mengetahui satu lagi permata Ningsih. Dari ibu, saya mengetahui bahwa Ningsih mempunyai kebiasaan berpuasa setiap Senin, Kamis, dan Jumat. Ibu tidak apa tahu alasannya. Saat saya menanyakan pada Ningsih, dia hanya menjawab bahwa dia ingin ikut ambil bagian dalam sengsara Yesus. Wow! Unbelievable! Ternyata jaman sekarang masih ada gadis seperti ini. Benar-benar permata yang belum pernah saya temui.
Ada satu lagi permata Ningsih yang benar-benar membuat saya silau, sesilau-silaunya. Dia ingin menjadi biarawati! Benarkah? Awalnya saya juga tidak percaya. Tetapi setelah saya banyak bertukar pikiran dengan Ningsih, melihat sikap kesehariannya, bergaul dengannya, saya mulai percaya bahwa dia memang memiliki cita-cita menjadi biarawati. Wow!
Dari permata-permata yang saya temukan, saya mulai sadar bahwa Ningsih memang memiliki inner beauty yang semakin lama semakin bersinar. Dan membuat saya semakin terpikat.
Pergulatan yang meneguhkan
Sebenarnya tujuan live in ini adalah mengajak para seminaris untuk belajar kepada umat mengenai kehidupan iman di tengah kesulitan-kesulitan hidup. Namun, pengalaman ini kurang dapat saya rasakan.
Selama live in saya tinggal di rumah Ningsih. Keluarga Ningsih adalah keluarga yang cukup mampu dalam ukuran masyarakat Kalibago. Ayahnya adalah Kepala SD dan ibunya juragan hasil bumi. Praktis, pekerjaan saya selama live in tidak seberat teman-teman yang tinggal di keluarga petani.
Namun, perjuangan saya sepulang live in tidak kalah berat dengan perjuangan teman-teman selama live in. Jika selama live in teman-teman harus bergulat secara fisik dan pasti berakhir setelah live in, saya tidak. Perjuangan saya masih harus berlanjut, bahkan setelah live in. Karena perjuangan saya adalah benar-benar perjuangan iman.
Seperti yang telah saya ungkapkan pada awal refleksi ini, saya memiliki kelemahan dalam hal relasi dengan lawan jenis. Sebagai seorang lelaki, saya mengakui bahwa saya sangat mudah tertarik dengan wanita. Apalagi bila wanita tersebut termasuk dalam kriteria “wanita idaman” saya. Wanita yang demikian benar-benar akan membuat saya “makan tak enak, tidur tak nyenyak.”
Hal itulah yang saya alami setelah berjumpa dengan Ningsih. Dia benar-benar tipe “wanita idaman” saya. Memang secara fisik dia tidak cantik, tetapi dia memiliki inner beauty yang tidak dimiliki sembarang wanita. Dan kecantikannya sungguh membuat saya terpikat. Pesona Ningsih membutakan saya.
Saya benar-benar kelimpungan dengan keadaaan ini. Saya tidak dapat melihat dunia. Mata ini hanya melihatnya. Sejak awal saya saya sudah mohon pada Tuhan supaya tidak menempatkan saya pada keadaan semacam ini. Tetapi Tuhan malah mengabulkan sebaliknya. Saya benar-benar kecewa! Ingin rasanya saya menghujat Tuhan. Dan itu benar-benar saya lakukan karena saya mulai meragukan panggilan saya. Saya tidak tahu apa yag terjadi dalam diri saya saat itu. Saya mulai merasa tidak pantas meniti jalan ini. Sungguh! Tiada dunia tanpa Ningsih!
Telingaku Buta Mataku Tuli
Dia memberi hati,
namun aku hanya melihat diri.
Dia ajak ku bernyanyi,
daku malah bermimpi.
Dia berlari kesana-kemari,
diriku duduk termenung di sini.
Sungguh….
Mataku mulai tuli
dan telingaku mulai buta.
Aku abaikan suara hati
dan berpaling ikuti kurawa.
Mataku melihatlah!
Telingaku mendengarlah!
Janganlah mata jadi telinga!
Atau telinga jadi mata!

Bapa…
Bukalah mata, telinga, serta mulutku.
Supaya hatiku selalu merindukan-Mu
Kalibago, 2 Oktober 2010
Cinta memang tak dapat diduga. Ia datang tanpa dipanggil dan pergi tanpa diminta. Perjumpaan dengan Ningsih sungguh sangat mengejutkan dan perpisahannya menyakitkan. Saya merasa kesulitan bangun lagi setelah jatuh.
Syukur pada Allah. Bapaku selalu membantuku bangun kembali setelah Ia membiarkan diriku terjatuh. Ia tak pernah membiarkanku berjalan sendirian. Ia selalu mengutus malaikatnya untuk berjalan bersamaku.
Setelah beberapa hari “merana” karena berpisah dengan Ningsih, saya mulai dapat menata diri lagi. Puji Tuhan! Di seminari saya tidak pernah kehabisan sahabat yang mau menemani saya yang merana ini, sahabat yang mau berbagi kesedihan dengan saya. Merekalah malaikat yang dikirimkan Tuhan.
Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi.(Luk 22:42)
Ucapan Yesus saat di Bukit Zaitun inilah yang menyadarkan saya untuk tidak lagi menyalahkan Tuhan dan diri sendiri. Saya sadar pasti ada rencana indah yang Tuhan persiapkan bagi saya dengan pengalaman ini, pengalaman yang semula saya anggap sebagai bencana. Saya semakin yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan ular saat saya meminta ikan dan tidak akan memberikan kalajengking saat saya meminta telur.
Saya sungguh sangat bersyukur dapat berjumpa dengan Ningsih. Dari pengalaman ini saya belajar supaya saya selalu beriman pada-Nya, bahkan dalam situasi yang tidak inginkan.
Saya juga sadar bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara. Kita mempunyai banyak peran di banyak tempat dan dalam masing-masing peran kita dituntut untuk menghayatinya demi suksesnya pentas besar kehidupan. Beberapa hari yang lalu saya berperan sebagai seminaris yang sedang live in di Kalibago. Dan sekarang peran itu sudah harus berakhir karena saya harus kembali berperan sebagai seminaris yang membina diri di seminari. Maka, saya pun harus menghayati peran yang harus saya mainkan sekarang. Demi Kemuliaan Allah!
Coba bayangkan, andai tidak ada keharusan untuk menghayati setiap peran kita. Betapa kacaunya pentas kehidupan kita?
Akhirnya, sebagai calon imam, saya sudah bangun kembali. Saya sudah mantap menatap kembali jalan yang terbentang. Saya siap melangkah kembali.

Untuk Ningsih tercinta.
Ningsih, terima kasih atas segala pengalaman yang engkau berikan saat kita bersama. Aku sangat bersyukur Tuhan memperkenankan kita berjumpa. Aku sangat mengagumimu, Ningsih. Aku terpukau dengan permata-permata yang telah engkau tunjukkan padaku. Sempat terbersit dalam benakku untuk memilikimu. Namun, aku kembali sadar bahwa Allah mengantarku padamu supaya dengan melihatmu, memandangmu, bersamamu, aku dapat semakin mencintai-Nya seperti aku mencintaimu, supaya aku pun dapat memiliki permata-permata yang kini engkau miliki.
Ningsih, kini aku harus kembali berjalan. Terima kasih engku telah menjadi malaikat pelindungku dalam menemukan makna kehidupan. Aku tak dapat membalas cinta dan ketulusanmu dengan emas atau permata. Hanya doa tulus yang kutitipkan lewat tiupan angin dan ciuman mesra yang kuhantarkan lewat hangat mentari.
Di Kalibago, aku menemukan cinta, itulah dirimu. Aku mencintaimu, Ningsih. Dan semoga cinta ini dapat aku persembahkan demi kemuliaan Allah yang lebih besar. Dan aku pun berharap semoga kelak kita dapat berjumpa kembali, tentunya dalam biara. :) Semoga kali ini Tuhan berkenan mengabulkan harapanku.
Garum, 7 Oktober 2010
Tuhan memberkati.
Ardi

Selasa, 13 September 2011

DATA PENDUDUK DUSUN KALIBAGO DESA KALIPANG KECAMATAN GROGOL TAHUN 2011 RT 04


No
Nama
JK
Tmpt Lhr
Tgl Lhr
Agama
Hub Kluarga
1
Antonius Supratiknya
L
Kediri
17 Feb 1974
Katolik
Kepala Keluarga
2
Agustina Sari Pratama Ningsih
P
Purworejo
12 Aug 1973
Katolik
Istri
3
Margaretha Galuh Sartiko Candra Ayu
P
Kediri
16 Mar 1996
Katolik
Anak
4
Gregorius Handaru Cahya Nugraha
L
Kediri
23 Jan 2009
Katolik
Anak
5
Torah
P
Kediri
1 Jul 1943
Islam
Kepala Keluarga
6
Dedi Kunda
L
Kediri
1 Jul 1993
Islam
Anak
7
Paijem
P
Kediri
10 Apr 1953
Islam
Kepala Keluarga
8
Solehudin
L
Kediri
10 May 1989
Islam
Anak
9
Endang Lestari
P
Kediri
15 Jul 1991
Islam
Anak
10
Kusmani
L
Kediri
1 Sep 1966
Islam
Kepala Keluarga
11
Suntianah
P
Kediri
19 Sep 1969
Katolik
Istri
12
Febria Widianto
L
Kediri
28 Mar 1990
Katolik
Anak
13
Ellya Widyanti
P
Kediri
16 Jun 1992
Katolik
Anak
14
Sampir
L
Kediri
13 Jul 1965
Islam
Kepala Keluarga
15
Yati
P
Kediri
12 Apr 1967
Islam
Istri
16
Suliyah
P
Kediri
12 Jun 1989
Islam
Anak
17
Agus Purwanto
L
Kediri
17 Aug 1990
Islam
Anak
18
Oktavia Eka Fitrianisya
P
Kediri
13 Oct 2008
Islam
Anak
19
Yaidi
L
Kediri
1 Jul 1937
Islam
Kepala Keluarga
20
Samirah
P
Kediri
1 Jul 1940
Islam
Istri
21
Trimo
L
Kediri
17 Mar 1960
Islam
Kepala Keluarga
22
Lamini
P
Kediri
13 Jun 1967
Islam
Istri
23
Novika Widya Endahsari
P
Kediri
25 Nov 1993
Islam
Anak
24
Mulyono
L
Kediri
1 Jul 1984
Islam
Kepala Keluarga
25
Mulyono
L
Kediri
1 Jul 1984
Islam
Kepala Keluarga
26
Susi Maisaroh
P
Kediri
1 Jul 1992
Islam
Famili Lain
27
Purwati
P
Kediri
1 Jukl 1996
Islam
Famili Lain
28
Demes
L
Kediri
1 Jul 1929
Islam
Lainnya
29
Paenah
P
Kediri
1 Jul 1933
Islam
Kepala Keluarga
30
Suyono
L
Kediri
1 Jul 1969
Islam
Kepala Keluarga
31
Kartini
P
Kediri
1 Jul 1973
Islam
Istri
32
Joko Prajetno
L
Kediri
1 Jul 1990
Islam
Anak
33
Robi Prabinta
L
Kediri
1 Jul 1999
Islam
Anak
34
Suwito
L
Kediri
29 Sep 1965
Katolik
Kepala Keluarga
35
Yahinem
P
Kediri
5 Apr 1968
Katolik
Istri
36
Dodhi Angelia Rendra
L
Kediri
16 Oct 1992
Katolik
Anak
37
Erfina Setyowati
P
Kediri
25 May 2000
Katolik
Anak
38
Pardi
L
Kediri
6 May 1962
Islam
Kepala Keluarga
39
Legiyem
P
Kediri
21 Apr 1964
Islam
Istri
40
Sudarmaji
L
Kediri
3 Feb 1987
Islam
Anak
41
Edi Susanto
L
Kediri
6 Mar 1994
Islam
Anak
42
Paijo
L
Kediri
18 Feb 1937
Katolik
Kepala Keluarga
43
Jami
P
Kediri
1 Jul 1939
Katolik
Istri
44
Sumardi
L
Kediri
19 Aug 1973
Katolik
Anak
45
Parti
P
Kediri
30 Apr 1979
Katolik
Menantu
46
Mila Otaviani
P
Kediri
5 Oct 1997
Katolik
Cucu
47
Agnes anggi Dwi Mareta
P
Kediri
28 Feb 2008
Katolik
Cucu
48
Paiman
L
Kediri
1 Jul 1962
Islam
Kepala Keluarga
49
Semi
P
Kediri
1 Jul 1962
Islam
Istri
50
Zaenal Abidin
L
Kediri
18 Jun 1990
Islam
Anak
51
Parianto
L
Kediri
15 Apr 1992
Islam
Anak
52
Pardi
L
Kediri
1 Jul 1960
Hindu
Kepala Keluarga
53
Manap
P
Kediri
1 Jul 1965
Hindu
Istri
54
Anjar Sinwaroh
P
Kediri
20 Oct 1976
Islam
Anak
55
Yusup andrianto
L
Kediri
1 Jul 1980
Hindu
Anak
56
Dartik
P
Kediri
29 Feb 1980
Hindu
Menantu
57
Dharendra Aji Prana
L
Kediri
22 Nov 1999
Hindu
Cucu
58
Jovana Aji Dharma
L
Kediri
23 Apr 2009
Hindu
Cucu
59
Suparno
L
Kediri
1 Aug 1971
Islam
Kepala Keluarga
60
Sukartini
P
Kediri
2 May 1974
Islam
Istri
61
Inggit Indriyani
P
Banjarmasin
15 Jan 1998
Islam
Anak
62
Fatika Indrianingtias
P
Kediri
2 Feb 2005
Islam
Anak
63
Sumarsis
L
Kediri
12 Apr 1968
Islam
Famili Lain
64
Suharmi
P
Kediri
8 Oct 1975
Islam
Famili Lain
65
Neneng Bety Wulan Sari
P
Kediri
1 Jul 2000
Islam
Famili Lain
66
Dasrianto
L
Kediri
18 Aug 1974
Katolik
Kepala Keluarga
67
Minarsih
P
Kediri
8 Oct 1979
Katolik
Istri
68
Veronica Fernandiana Fedra Nidi
P
Kediri
15 Feb 2001
Katolik
Anak
69
Fransiskus dwino Sastro Widiya
L
Kediri
4 Feb 2010
Katolik
Anak
70
Minah
P
Kediri
1 Jul 1928
Katolik
Famili Lain
71
Lasinem
L
Kediri
1 Jul 1954
Katolik
Kepala Keluarga
72
Warsinem
P
Kediri
30 Sep 1951
Katolik
Istri
73
Lasmini
P
Kediri
1 Jul 1976
Islam
Anak
74
Tarmidi
L
Kediri
15 Jul 1981
Katolik
Anak
75
Daniel Suyadi
L
Kediri
17 Sep 1983
Katolik
Anak
76
Hariadi
L
Kediri
17 Aug 1985
Kristen
Anak
77
Hendra Dasril
L
Palu
1 Jul 1974
Islam
Menantu
78
Akbar
L
Palu
1 Jul 2002
Kristen
Cucu
79
Giman
L
Kediri
1 Jul 1972
Islam
Kepala Keluarga
80
Suwarni
P
Kediri
1 Jul 1971
Islam
Istri
81
Mohammad Irfan
L
Kediri
15 Aug 1991
Islam
Anak
82
Widyaningsih
P
Kediri
10 Apr 2000
Islam
Anak
83
Kateman
L
Kediri
7 Feb 1957
Katolik
Kepala Keluarga
84
Sukamti
P
Kediri
7 Mar 1965
Katolik
Istri
85
Ratna Sriwirasri
P
Kediri
24 Jun 1986
Katolik
Anak
86
Andrianus Radipta
L
Kediri
16 Dec 1989
Katolik
Anak
87
Maria Magdalena Triana Eva Adiningsih
P
Kediri
24 May 1996
Katolik
Anak
88
Sutaji
L
Kediri
7 Jun 1968
Islam
Kepala Keluarga
89
Sunarti
P
Kediri
5 Nov 1970
Islam
Istri
90
Bayu Irawan
L
Kediri
25 Sep 1993
Islam
Anak
91
Giyon Maulana
L
Kediri
15 Jun 2000
Islam
Anak
92
Sukimah
P
Kediri
1 Jul 1951
Islam
Orang Tua
93
Suparjo
L
Kediri
8 Mar 1968
Katolik
Kepala Keluarga
94
Sukini
P
Kediri
8 May 1973
Katolik
Istri
95
Niatin Eka Rahayu
P
Kediri
20 Sep 1992
Katolik
Anak
96
Julius Dwi Prabowo
L
Kediri
8 Dec 1997
Katolik
Anak
97
Surip
L
Kediri
1 Jul 1943
Katolik
Orang Tua
98
Brigita Alma SR
P
Manggarai
25 May 1968
Katolik
Kepala Keluarga
99
Nina Mardiana
P
Kediri
1 Jul 1983
Katolik
Pembantu
100
Agus Riyadi
L
Kediri
1 Jul 1994
Katolik
Pembantu
101
Sukarti
P
Kediri
1 Jul 1943
Katolik
Lainnya
102
Vincen Maria
P
Kediri
1 Jul 1964
Katolik
Lainnya
103
Albertus Tauji
L
Kediri
1 Jul 1977
Katolik
Lainnya
104
Yusuf Subrata
L
Jakarta
9 Mar 1980
Katolik
Lainnya
105
Suyadi Kunat
L
Kediri
1 Jul 1980
Katolik
Lainnya
106
Yunita Erlinda
P
Nganjuk
9 Jun 1985
Katolik
Lainnya
107
Pipit Chrismaning Astuti
P
Kediri
6 Sep 1985
Katolik
Lainnya
108
Gati Rahayu
P
Kediri
1 Jul 1991
Katolik
Lainnya
109
Ita Lusiana
P
Kediri
20 Aug 1991
Katolik
Lainnya
110
Rudy Sanjaya
L
Kediri
2 Apr 1994
Katolik
Lainnya
111
M Tohirin
L
Kediri
6 Jul 1995
Katolik
Lainnya
112
Rangga N Pratama
L
Kediri
14 Aug 2002
Katolik
Lainnya
113
M Ardi Wijaya Pratama
L
Surabaya
30 Mar 2005
Katolik
Lainnya
114
Samidah
P
Kediri
1 Jul 1939
Islam
Kepala Keluarga
115
Iyamah
P
Kediri
18 Jul 1970
Islam
Anak
116
Mohamad Saifudin
L
Kediri
3 Oct 1990
Islam
Cucu
117
Joni Suprasetyo
L
Kediri
8 Aug 1994
Islam
Cucu
118
Nyami
P
Kediri
5 May 1967
Islam
Kepala Keluarga
119
Riana Devi
P
Kediri
19 Jul 1983
Islam
Anak
120
Irawan
L
Kediri
21 Jan 1989
Islam
Anak